A reflection from Dalai Lama.
"Mind our behaviour in front of friends, family, workplace & world."
"Mind our thought, it will be our words".
"Mind our words, it will be our action".
"Mind our action, it will be our habit".
"Mind our habit, it will form our character".
"Mind your character, it will create your life".
So, our life actually start from our mind. 🙏.....
Saturday, 21 May 2016
Perlukah Mengeluh ?
Kisah Nyata Manusia Separuh Badan...
Namanya Peng Shulin dari China . Pada tahun 1995 dia mengalami kecelakaan sebuah Truk sehingga mengakibatkan tubuhnya terbelah menjadi 2 bagian. Akibatnya mulai bagian pinggang hingga kaki harus dibuang, sehingga dia harus hidup hanya dgn tubuh dari pinggang ke atas.
Ada lebih 20 Orang dokter Spesialis yg berjuang keras menyelamatkan hidupnya pada saat itu. Dan yg pasti, menurut mereka adalah sebuah keajaiban bila Peng Shulin bisa berhasil mempertahankan hidupnya. Bagian bawah tubuhnyapun harus ditambal dgn cara mengambil kulit di bagian tubuhnya yg lain.
Penderitaan baru saja dimulai ketika Peng harus mengalami tekanan Mental dan Fisik yg dihadapinya. Mengapa...??? Karena meskipun dia bisa bertahan hidup, hari2 nya harus dilalui di tempat tidur. Total 12 tahun dijalani Peng hanya di tempat tidur. Dia tidak memiliki organ tubuh bagian bawah utk membantu menyangga tubuhnya saat hendak berjalan dgn kedua tangannya. Terapi kejiwaan harus dijalaninya dgn amat sangat sabar. Peng harus harus mempersiapkan hal terburuk yg harus dilalui utk menjalani waktu di depannya.
Tetapi bukan Peng bila berputus asa. Senyumnya dan ketegaran hatinya yg luar biasa membuahkan hasil. Tim dokter yg selalu mengawasi perkembangannya, Pusat Penelitian Rehabilitasi China di Beijing selama ini berpikir bagaimana caranya agar Peng bisa beraktifias seperti Manusia pada umumnya. Dan hasilnya, sebuah alat bantu telah diciptakan seperti yg terlihat pada gambar...
Seorang Peng Shulin yg sederhana dan selalu Tersenyum dan Bersyukur karena masih bisa hidup, kini sangat bergembira. Melalui terapi latihan otot2 tangan yg diberikan, terapi dan belajar jalan, alat tersebut mampu membantunya bisa berjalan. Dan tentunya masih banyak kesulitan yg harus dihadapinya di masa mendatang.
Mungkin Kita akan kagum dan terharu melihat kisah dan kehebatan Peng Shulin dlm menghadapi masa-masa tersulit dalam hidupnya, tetapi pertanyaannya adalah apakah Kita bisa bertahan bila "Kita" di posisi Peng Shulin...??? Pasti Anda sependapat dgn saya bahwa jawabannya sangat tidak mudah ...
Dan itu pula yang salah satunya bisa menginspirasi kita. Ketika kita mengalami masa2 tersulit, baik dalam hal pekerjaan, pribadi, ataupun Keluarga, JANGAN putus asa...
"INI PUN AKAN BERLALU..."
Cobalah utk tidak menggerutu karena itu akan semakin menambah beban kita.
Lihatlah gambar Peng tersebut dan bayangkan bagaimana kira2 Peng berjuang melawan keputus asaannya yg kehilangan separuh tubuhnya utk se-lama2nya.
Betapa sangat menderitanya 12 tahun hidup hanya terbaring di tempat tidur dan melawan tekanan Psikologis dan Fisik yg besar...
Bila Peng bisa tegar dalam keadaannya sekarang, Anda juga pasti bisa.
Tersenyumlah, bersyukurlah dan berpikirlah positif.
Mari senyum ...
Katakan kepada diri kita "INI PUN AKAN BERLALU..."
Hidup harus terus berjalan. Jangan pernah menyerah !!!
Kita masih mempunyai energi karma yg menopang hidup kita. Mari kita syukuri.
LANGIT TERCERAH akan tampak SETELAH BADAI TERDAHSYAT !!!
SENYUMMU memberikan SEBUAH PENGHARAPAN ...
Lain kali apabila Anda mengeluh mengenai derita hidup yg dialami, ingatlah Peng Shulin... 🙏🙏🙏
Tuesday, 17 May 2016
Teman baik.
Kisah Ban Mobil Kempes.
Pada suatu hari seorang pria melihat seorang wanita lanjut usia sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan.
Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat, bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil Benz wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobil Pontiac-nya masih menyala, ketika pria itu mendekati sang nyonya.
Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan.
Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan.
Sang pria dapat melihat bahwa wanita itu ketakutan, sementara berdiri disana kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya tambah kedinginan.
Kata pria itu, "Saya disini untuk menolong anda, Nyonya. Masuk ke dalam mobil saja, supaya anda merasa hangat! Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson."
Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut usia seperti dia, kejadian itu cukup buruk.
Bryan merangkak ke bawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu.. Namun, akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka.
Ketika pria itu mengencangkan baut-baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu.
Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.
Bryan hanya tersenyum, ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu.
Sang nyonya menanyakan berapa yang harus ia bayar, sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapa pun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tak menolongnya.
Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan dan Tuhan mengetahui, bahwa banyak orang telah ditolong dirinya pada waktu yang lalu.
Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.
Pria itu mengatakan kepada sang nyonya, bahwa seandainya ia ingin membalas kebaikannya, pada waktu berikutnya wanita itu melihat seseorang yang memerlukan bantuan, ia dapat memberikan bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu dan Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada saya."
Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat orang depresi, namun pria itu merasa nyaman, ketika ia pulang ke rumah, menembus kegelapan senja.
Beberapa kilometer dari tempat itu sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya untuk sekedar mencari makanan kecil dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah.
Restoran itu nampak agak kotor. Diluar kafe itu ada dua pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan di sekitar tempat itu sangat asing baginya.
Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah.
Pelayan itu tersenyum manis, meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari.
Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir delapan bulan, namun pelayan itu tak membiarkan keadaan dirinya mempengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran.
Wanita lanjut itu heran bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dirinya.
Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.
Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita itu dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu.
Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Pelayan itu bingung, kemana perginya wanita itu.
Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.
Ada butiran air mata, ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu:
"Engkau tidak berutang apa-apa kepada saya.. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan.
Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan: 'Jangan biarkan rantai kasih ini berhenti padamu.'"
Di bawah lap itu terdapat empat lembar uang kertas $ 100 lagi.
Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja.
Malam itu, ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang.
Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan?
Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.
Ia tahu betapa suaminya kuatir tentang keadaan mereka dan ketika suaminya sudah tertidur di sampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut dan berbisik lembut dan pelan,
"Segalanya akan beres.
Aku mengasihimu, Bryan Anderson!"
RENUNGAN:
Ada pepatah lama yang berkata, "Berilah, maka engkau diberi." Hari ini saya mengirimkan kisah menyentuh ini dan saya harapkan anda meneruskannya. Biarkan terang kehidupan kita bersinar. Jangan hapus kisah ini, jangan biarkan saja! Kirimkan kepada teman-teman anda!
Teman baik itu seperti bintang-bintang di langit. Anda tidak selalu dapat melihatnya, namun anda tahu mereka selalu ada..
Subscribe to:
Comments (Atom)